Langsung ke konten utama

"Aku bahagia memiliki teman-teman seperti kalian.." (2)

H-1 ultah Andri.. 

Sehabis tes hari kedua, kami berkumpul dan berembug lagi tentang apa yang akan kami lakukan terhadap Andri. Ya, tambah gila lagi pastinya. Kumpul di bu RT sampai siang menghasilkan kesepakatan bahwa aksi perampokan akan dikerjakan malam ini. Masih memikirkan cara-cara yang licik biar Andri mau diajak keluar dan membiarkan kamarnya kosong tak berpenghuni. 






Pertama-tama, ini rencana pertama. Gita ama Kiki ngajak keluar Andri makan, dan seterusnya 'perampok' akan menggasak perabotan. Awalnya rencana A ini akan digunakan, tapi tiba-tiba ide muncul lagi. Agen baru dimasukkan, Dini, anak Mateks B yang 'diduga' dekat dengan sasaran. 

Dan yaa, akhirnya Dini mau juga diajak kerjasama. Awalnya sih ya agak2 gimana gitu, tapi well done! Dini akhirnya setuju. 

Sore sebelum beraksi.. 



Malamnya, aksi dilancarkan. Dini berpura-pura mengajak Andri buat ngeprint tugas yang sebenarnya cuma 1 lembar! Tetapi yang tidak diduga-duga, Andri mau! Gilaa ajaa... Gita ama Kiki malah kecewa, soalnya mereka udah ngajak keluar pertama tapi nggak digubris. Malah ketika pamitan, Andri bilang, "Mau ke bank dulu." See? Ini nggak masuk akal! Eh tapi bodo, penting Andri udah mau diajak keluar. 

Nah, ini ni yang seruu.. 
Perampokan dimulai. Kita udah sekongkol juga ama ibu kos biar mempermudah aksi kami. Sasaran pertama, siapa lagi kalo bukan si kasur! Semua barang yang di atas kasur langsung ditumpahkan begitu saja dan dibopong ama Apil ke gudang kos Engkong. Saat itu adalah yang paling mendebarkan karena kami takut kalau tiba-tiba ada suara motor mendekati kos dan ternyata Andri! Bayangkan saja kalo itu bener-bener terjadi. 



Sementara Apil dan Engkong menyimpan kasur, kami yang masih di kos Andri segera mengemasi barang-barang yang sekiranya bisa dikemas. Ato lebih tepatnya, disembunyikan. Kami menyewa koper Gita untuk menyimpan segala tetek bengek isi dari lemari Andri, mulai dari kaos, celana, bahkan hingga barang terpenting milik sasaran. *bisa tebak sendiri kan apa?* Trus juga sekardus perlengkapan mandi dan cuci yang masih kempling, fresh, baru. Semuanya disimpan rapi di koper. Tapi ada satu yang bikin terkikik geli.. 
Odol dan kispray asin. Bayangkan saja ketika Andri gosok gigi dan tiba-tiba.. Giginya asin! Wah, asik sekali! 

Oke, semua sudah diringkas rapi dan ditaruh di gudang si Engkong. Tinggal bagaimana semuanya terasa seperti kemalingan. Kami bergegas keluar dari kos menyeramkan itu dan berpencar. Ak dan Gentong ke kos Engkong dan Abdul, sedangkan Mak, Kiki, dan Gita, langsung ngacir pura-pura sms Andri. 


Tapi tiba-tiba, Andri datang dengan marahnya ke kos Engkong! Kami berempat langsung mencoba bersikap biasa, dan untungnya... Andri nggak curiga ada 2 cewek nangkring di kos Engkong malem2. Tebak gimana muka Andri waktu itu. Serem deh..




Tanpa basa-basi, tanpa assalamu'alaikum, tanpa ngomong, Andri langsung masuk ke kos Engkong. Kayaknya napsu banget pengen buka-buka kamar kos. Aku sama Gentong pura-pura bingung. Andri masuk ke kamar Engkong ma Abdul. Ditanya ama Abdul, "Kenapa, Ndri?" Eh nanya balik, "Barang-barangku mana?!"

Karena emang gak ditemui "barang-barang" yang dia maksud, akhirnya dia kembali pergi. Eh, masih nggak pamit juga. Langsung 'werrr' gitu aja. -____-
Nah kan, tu yang komen2 di atas kayaknya bangga banget bikin orang emosi.




Nah, ya seperti itu. Malam mendebarkan sebelum hari H. Yang tetep bikin ak heran, kenapa Andri gak curiga ama kami berdua yang nongkrong di kos cowok malem2??


> H-1 fin <

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suara Hati

"Hai, manis. Apakah kau masih tetap ingin tertidur?" Katamu sambil menggenggam tanganku. Aku masih tak menjawab. Kamu semakin erat menggenggam tanganku. Entah mengapa aku tak ingin membuka mataku. Tak ada niat, atau mungkin lebih tepatnya tak ada daya untuk membukanya. Atau mungkin.. aku menunggumu mengungkapkan sesuatu. Wajahmu terlihat lesu sayu. Mungkin karena kamu memaksakan diri langsung ke tempatku tanpa istirahat terlebih dulu. Hei, kamu juga harus memperhatikan kesehatanmu! Memangnya aku yang harus selalu kamu ingatkan ketika masih harus berkutat dengan komputer di pagi buta? Ingat, badanmu bukan robot, katamu. Aku hanya tersenyum jahil, dan kamu tetap menyuruhku untuk menghentikan aktivitasku. "Kamu mau sampai kapan seperti ini?" Tanyamu. Aku masih bergeming. Tak kuasa ku buka mataku. Kamu mulai membelai lembut kepalaku, mengangkat tanganku kemudian menempelkannya di pipimu. Oh, itulah yang selalu kutunggu darimu ! "Aku tahu kamu selalu jadi yang...

Antara Aku dan Kamu

"Kamu berubah!" panggilku dari jauh. Kamu sudah berjalan membelakangiku, membiarkanku menatap punggungmu yang bidang. Kamu berhenti, kemudian menengok dari asal suara itu. Iya, itu suaraku, yang sekarang sudah bertambah dengan isakan dan air mata yang mungkin tak bisa berhenti. Kamu menghampiriku, kemudian membelai pipiku yang mulai basah dengan air mata. Dengan penuh rasa sayang--aku bisa merasakan itu--kamu menghapus air mataku yang makin pecah ketika kamu di dekatku. "Siapa yang berubah? Aku? Memang sudah saatnya, 'kan?" jelasnya, pelan tapi tajam. Penuh dengan kehati-hatian kamu membelai rambutku. Aku diam saja. "Dengar, aku berubah karena memang sudah saatnya aku berubah. Untuk apa kamu terus mempertanyakan hal itu?" "Tapi kupikir kita masih menjadi kita, bukan antara aku dan kamu lagi," kataku sambil terisak. Kamu tersenyum. "Bukankah sudah kubilang dari jauh-jauh hari. Kita ini bukan kita. Sekarang hanya ada aku, dan kam...