1st subject, Music
Menantikan waktu yang pas untuk keluar dari ruang kelas yang meskipun masih pagi, tetapi sangat sumpek. Well, karena mood anak-anak pagi itu sepertinya sedikit tidak fokus dengan what do we want to do next. Meskipun bel sudah memanggil kami untuk keluar, seperti biasa, kami masih asyik dengan kegiatan kami di kelas. Tapi, aku sendiri tak yakin untuk tetap tinggal di kelas. Perilakuku sama sekali tidak menunjukkan bahwa aku betah tinggal di kelas hari itu. Tubuhku sering sekali menjulur ke luar pintu, berharap bisa melihat sebuah bentuk yang sangat aku kagumi di pojok koridor kelas.
Yak, karena semua siswa sudah hadir pada waktu itu, kami bergegas keluar kelas. Menuju ruang seni musik yang terletak di dekat lapangan parkir. Kali ini, mataku benar-benar berharap ingin melihat sosoknya. Pagi ini, tidak pernah se'ingin' ini untuk melihatnya.
2nd subject, Indonesisch
Kepalaku kembali menjulur-julur. Dia ada di dekatku! Dengan rasa deg-degan aku melangkah melintasi ruang kelasnya, yang kali ini dia move di ruang depan kelasku, sambil menanti-nanti apakah aku akan bertemu atau tidak. Yah, dewi fortuna masih jauh. Dia tidak nampak di manapun aku menatap.
Di kelas, pikiranku bercabang. Gelisah, tapi senang. Bagaimana cara mengungkapkan itu? Hmhh... Iseng, kulirikkan mataku ke arah ruang kelas di depan kelasku. Bangunan memang nampak, tapi seakan tak ada kehidupan di sana. Hopeless, ku tundukkan lagi kepalaku ke meja. Teman-teman masih asyik dengan pelajarannya. Tapi aku tidak! Dengan berat hati, ku naikkan lagi kepalaku yang mulai terasa berat.
Dewi Fortuna datang! Ku lihat bayangannya, sedang berjalan. Tinggi, dan.. gagah. Ahh, tetapi, siluet itu semakin menjauh. Tak meninggalkan sisa.
Menantikan waktu yang pas untuk keluar dari ruang kelas yang meskipun masih pagi, tetapi sangat sumpek. Well, karena mood anak-anak pagi itu sepertinya sedikit tidak fokus dengan what do we want to do next. Meskipun bel sudah memanggil kami untuk keluar, seperti biasa, kami masih asyik dengan kegiatan kami di kelas. Tapi, aku sendiri tak yakin untuk tetap tinggal di kelas. Perilakuku sama sekali tidak menunjukkan bahwa aku betah tinggal di kelas hari itu. Tubuhku sering sekali menjulur ke luar pintu, berharap bisa melihat sebuah bentuk yang sangat aku kagumi di pojok koridor kelas.
Yak, karena semua siswa sudah hadir pada waktu itu, kami bergegas keluar kelas. Menuju ruang seni musik yang terletak di dekat lapangan parkir. Kali ini, mataku benar-benar berharap ingin melihat sosoknya. Pagi ini, tidak pernah se'ingin' ini untuk melihatnya.
2nd subject, Indonesisch
Kepalaku kembali menjulur-julur. Dia ada di dekatku! Dengan rasa deg-degan aku melangkah melintasi ruang kelasnya, yang kali ini dia move di ruang depan kelasku, sambil menanti-nanti apakah aku akan bertemu atau tidak. Yah, dewi fortuna masih jauh. Dia tidak nampak di manapun aku menatap.
Di kelas, pikiranku bercabang. Gelisah, tapi senang. Bagaimana cara mengungkapkan itu? Hmhh... Iseng, kulirikkan mataku ke arah ruang kelas di depan kelasku. Bangunan memang nampak, tapi seakan tak ada kehidupan di sana. Hopeless, ku tundukkan lagi kepalaku ke meja. Teman-teman masih asyik dengan pelajarannya. Tapi aku tidak! Dengan berat hati, ku naikkan lagi kepalaku yang mulai terasa berat.
Dewi Fortuna datang! Ku lihat bayangannya, sedang berjalan. Tinggi, dan.. gagah. Ahh, tetapi, siluet itu semakin menjauh. Tak meninggalkan sisa.
Komentar
Posting Komentar