Langsung ke konten utama

BFF (2)

Next..
Akhirnya Didie lah yang terpilih kedua. Pasangan duet Titie, kalo kemana-mana bareeengg mulu. :D Such a nice couple of friendship! :)
Didie itu orangnya.. Hm.. filsuf banget! Kadang sy tidak tahu apa yang dy bicarakan. Agak terobses ama biodata Syekh Siti Jenar. :) Makanya jadi kayak gitu.
Awalnya agak sangsi ma dy, karena perilaku dy 'menyeramkan'. :D Bukan menyeramkan sih, lebih tepatnya agak 'kurang bersahabat', karena mungkin saat itu dy masih belum menggunakan jilbab. Hm, sekarang dy sudah menggunakannya, jadi kelihatan anggun dan menarik untuk diajak bercerita. Dy ternyata asyik, luar dalam. Serius! Walaupun kadang nyengaknya.. buahh.. bisa sampai meremukkan hati anak kecil yang tidak berdosa. Tapi, ya, itulah dy. Sempat juga Rudi takut sama dy. :D
Yang sy kagumi darinya adalah, dy pintar ngomong. Skak mat deh kalo ngobrol ama dy. Obrolannya tingkat tinggi. Tapi, dengan begitu dy jadi terlihat *bukan hanya terlihat, ding!* intelek, dan berwibawa .. :D
Yang paling sy ingat dari dy adalah, saat ultah dy. Sy dan Titie iuran buat beli kado dy. Alhasil, sebuah baju berhasil dibeli. Tebak dimana? Malioboro! *teteuup, cari yg murah* Tapi bagus kok. Baju lengan panjang menyerupai muslim2 casual gitu deh. Namun, bukan harga yang menjadi pertimbangan kami. Melainkan kegunaannya. :) Lumayanlah, meskipun badan Didie bisa cepet melar juga, * ^o^V - paling tidak ada sesuatu yang mengingatkan Didie tentang kami. :D Waktu mau ngasihin juga sempat bingung. Kami mencari waktu yang tepat untuk menyerahkan. Akhirnya ya, waktu pulang sekolah. Dihampiri, lalu.. Eh, sy lupa dialognya gimana! Yang penting, semuanya sudah diserahkan dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat2nya! :D

Thanks, Didie! Sahabat terunik yang pernah ku punya! :)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suara Hati

"Hai, manis. Apakah kau masih tetap ingin tertidur?" Katamu sambil menggenggam tanganku. Aku masih tak menjawab. Kamu semakin erat menggenggam tanganku. Entah mengapa aku tak ingin membuka mataku. Tak ada niat, atau mungkin lebih tepatnya tak ada daya untuk membukanya. Atau mungkin.. aku menunggumu mengungkapkan sesuatu. Wajahmu terlihat lesu sayu. Mungkin karena kamu memaksakan diri langsung ke tempatku tanpa istirahat terlebih dulu. Hei, kamu juga harus memperhatikan kesehatanmu! Memangnya aku yang harus selalu kamu ingatkan ketika masih harus berkutat dengan komputer di pagi buta? Ingat, badanmu bukan robot, katamu. Aku hanya tersenyum jahil, dan kamu tetap menyuruhku untuk menghentikan aktivitasku. "Kamu mau sampai kapan seperti ini?" Tanyamu. Aku masih bergeming. Tak kuasa ku buka mataku. Kamu mulai membelai lembut kepalaku, mengangkat tanganku kemudian menempelkannya di pipimu. Oh, itulah yang selalu kutunggu darimu ! "Aku tahu kamu selalu jadi yang...

Antara Aku dan Kamu

"Kamu berubah!" panggilku dari jauh. Kamu sudah berjalan membelakangiku, membiarkanku menatap punggungmu yang bidang. Kamu berhenti, kemudian menengok dari asal suara itu. Iya, itu suaraku, yang sekarang sudah bertambah dengan isakan dan air mata yang mungkin tak bisa berhenti. Kamu menghampiriku, kemudian membelai pipiku yang mulai basah dengan air mata. Dengan penuh rasa sayang--aku bisa merasakan itu--kamu menghapus air mataku yang makin pecah ketika kamu di dekatku. "Siapa yang berubah? Aku? Memang sudah saatnya, 'kan?" jelasnya, pelan tapi tajam. Penuh dengan kehati-hatian kamu membelai rambutku. Aku diam saja. "Dengar, aku berubah karena memang sudah saatnya aku berubah. Untuk apa kamu terus mempertanyakan hal itu?" "Tapi kupikir kita masih menjadi kita, bukan antara aku dan kamu lagi," kataku sambil terisak. Kamu tersenyum. "Bukankah sudah kubilang dari jauh-jauh hari. Kita ini bukan kita. Sekarang hanya ada aku, dan kam...

"Aku bahagia memiliki teman-teman seperti kalian.." (2)

H-1 ultah Andri..  Sehabis tes hari kedua, kami berkumpul dan berembug lagi tentang apa yang akan kami lakukan terhadap Andri. Ya, tambah gila lagi pastinya. Kumpul di bu RT sampai siang menghasilkan kesepakatan bahwa aksi perampokan akan dikerjakan malam ini. Masih memikirkan cara-cara yang licik biar Andri mau diajak keluar dan membiarkan kamarnya kosong tak berpenghuni.