Ardi mengamati sekeliling. Setelah memastikan semuanya aman terkendali dan 'sepi', ia mendekati Aira yang duduk di agak jauh di sebelahnya. Ia mendekatkan mulutnya ke telinga Aira. Ia kemudian berbisik.
"Ra, puisi favoritmu apa?"
"Emm.. Khalil Gibran. Kenapa emang?" Aira ikut2 berbisik.
"Hei, aku coba bikinin puisi ya buat kmu? Tapi jangan diketawain!" ujarnya lalu beranjak pergi.
"Ra, puisi favoritmu apa?"
"Emm.. Khalil Gibran. Kenapa emang?" Aira ikut2 berbisik.
"Hei, aku coba bikinin puisi ya buat kmu? Tapi jangan diketawain!" ujarnya lalu beranjak pergi.
Aira terbengong2 sendiri. Ardi meninggalkannya termangu tanpa jawaban. Dewi yang duduk di sebelahnya memandangnya seakan menggoda.
"Apa sih?" Aira mencoba menyembunyikan wajah merahnya.
Dewi melanjutkan acara membaca korannya. Ketika Aira memalingkan muka ke arah Dewi, tambah selembar kertas seukuran kertas tagihan telepon menempel di koran Dewi. Aira mencoba merebutnya, karena ia tahu kertas itulah yang dimaksud Ardi. Adegan rebutan pun terjadi. Aira akhirnya mengalah dan membiarkan kertasnya dibaca terlebih dahulu oleh Dewi. Saat itulah ia mendengar sebuah lagu..
Dosa apa yang telah kulakukan.. hingga kini aku engkau abaikan..
Dan...
Ak bangun! Ngimpi apaan itu tadi?? Bahkan ak belum sempat membaca puisi dari Ardi tadi! Ups, ak bukan Aira yaa.. :D Tapi, mimpi tadi.. terlalu sweet buat ak. Malah sekarang kebayang2 gk tau deh. BUKAN CLBK! OKEEE??!! *curhat*
Wahai orang yang ada di mimpiku tadi.. Jangan berani2nya masuk mimpi orang tanpa ijin! Bikin kepikiran tau!
Komentar
Posting Komentar