Part 3
Dita pulang ke rumah dengan perasaan gembira. Pato, pemain idolanya di klub favoritnya, AC Milan, tiba-tiba hadir di hadapannya dan mengajaknya berkenalan. Padahal selama ini ia hanya bermimpi untuk bisa berkenalan atau bahkan hanya sekedar mengajaknya berbicara. Ternyata, mimpinya itu bisa menjadi nyata.
Mungkin banyak yang menyangsikan kalau cewek tidak menyukai sepakbola. Kalau pun ada, pasti karena cewek itu hanya mengidolakan pemain yang berparas tampan, tanpa memikirkan skill dari pemain itu.
Bagi Dita, statement itu mungkin benar. Cewek memang tidak begitu menyukai olahraga cowok, terutama sepakbola. Ia juga tidak menyalahkan ungkapan kalau cewek menyukai pemain sepakbola karena rupa pemainnya yang lumayan. Buktinya, ia menyukai Pato. Siapa yang bisa menolak pesona seorang Pato? Tetapi ia menyukainya bukan hanya karena muka. Kemampuan Pato pun ia kagumi.
Handphonenya berdering nyaring. Sebuah nomor tidak dikenal menelponnya. Ia mengangkatnya.
"Halo?"
"Hey, Dita." jawab suara dari seberang.
Dita tersentak. Pato menghubunginya!
"Hey.. I thought you're forgetting me." Dita terkekeh. Terdengar suara tawa dari seberang telefon.
"No.. Why should I forget you since you've made me so curious about you?"
Dita tersipu.
"Kamu pintar ngerayu cewek. Pantes, deh."
"Pantes apa?" tanya Pato.
"Ah, forget it. Anyway, what do you want from me now?"
"Just want to hear your voice."
"Haha.. Gombis!" ceplosnya.
"What? Gom what?" Pato mengerutkan dahinya.
"Ups. Sorry. Wrong word." Dita terkekeh pelan.
"It's okay. Hey, are you free tomorrow?"
Dita berpikir sebentar.
"I think I'm free tomorrow. Any invitation for me?"
Pato tersenyum. "I want to show my skill in an university here. You should come to check it out. I'd love to see you there."
"Hm.. Apa harus aku kesana?"
"Just invitation. Kalau kamu nggak mau juga nggak papa." terdengar sedikit ada rasa sesal di ucapan Pato.
"I do. I'll come to visit you."
Pato tersenyum. Dita ikut tersenyum.
Dita pulang ke rumah dengan perasaan gembira. Pato, pemain idolanya di klub favoritnya, AC Milan, tiba-tiba hadir di hadapannya dan mengajaknya berkenalan. Padahal selama ini ia hanya bermimpi untuk bisa berkenalan atau bahkan hanya sekedar mengajaknya berbicara. Ternyata, mimpinya itu bisa menjadi nyata.
Mungkin banyak yang menyangsikan kalau cewek tidak menyukai sepakbola. Kalau pun ada, pasti karena cewek itu hanya mengidolakan pemain yang berparas tampan, tanpa memikirkan skill dari pemain itu.
Bagi Dita, statement itu mungkin benar. Cewek memang tidak begitu menyukai olahraga cowok, terutama sepakbola. Ia juga tidak menyalahkan ungkapan kalau cewek menyukai pemain sepakbola karena rupa pemainnya yang lumayan. Buktinya, ia menyukai Pato. Siapa yang bisa menolak pesona seorang Pato? Tetapi ia menyukainya bukan hanya karena muka. Kemampuan Pato pun ia kagumi.
Handphonenya berdering nyaring. Sebuah nomor tidak dikenal menelponnya. Ia mengangkatnya.
"Halo?"
"Hey, Dita." jawab suara dari seberang.
Dita tersentak. Pato menghubunginya!
"Hey.. I thought you're forgetting me." Dita terkekeh. Terdengar suara tawa dari seberang telefon.
"No.. Why should I forget you since you've made me so curious about you?"
Dita tersipu.
"Kamu pintar ngerayu cewek. Pantes, deh."
"Pantes apa?" tanya Pato.
"Ah, forget it. Anyway, what do you want from me now?"
"Just want to hear your voice."
"Haha.. Gombis!" ceplosnya.
"What? Gom what?" Pato mengerutkan dahinya.
"Ups. Sorry. Wrong word." Dita terkekeh pelan.
"It's okay. Hey, are you free tomorrow?"
Dita berpikir sebentar.
"I think I'm free tomorrow. Any invitation for me?"
Pato tersenyum. "I want to show my skill in an university here. You should come to check it out. I'd love to see you there."
"Hm.. Apa harus aku kesana?"
"Just invitation. Kalau kamu nggak mau juga nggak papa." terdengar sedikit ada rasa sesal di ucapan Pato.
"I do. I'll come to visit you."
Pato tersenyum. Dita ikut tersenyum.
***
Komentar
Posting Komentar