Langsung ke konten utama

Impossible Love Story

Setelah merenung sekian lama, akhirnya dapat ide mau bikin cerita absurd, awkward, aneh, random, pokoknya yang impossible. Cekipreett..



Seorang cowok berjalan-jalan di Malioboro. Dari perawakannya kelihatan kalo dia adalah bule. Dia memakai jins biru dan kaos abu-abu serta topi. Topinya dibiarkan menutupi wajahnya, entah karena apa. Mungkin sedang menyamar. Dari belakang tampak rambutnya yang keriting namun dipotong cukup rapi. Semua orang memandangnya. Tak terkecuali para lelaki yang wondering who's that boy. Sebagian dari mereka berbisik-bisik lirih, "eh itu Pato bukan, ya?" atau "itu kayaknya pernah liat dia di suatu tempat."

Seorang pria mengenakan syal AC Milan mendatanginya.

"Hey, are you our Pato?" sapanya hati-hati.

Cowok yang disapa hanya tersenyum dan mengangguk pelan. Pria tadi tersenyum lebar lalu buru-buru mengeluarkan telepon genggam dari sakunya. Dengan gembiranya ia memanggil teman-temannya yang sedari tadi menunggu hasil dari perkenalan tadi. Mereka berebutan ingin berfoto dengan Pato, salah satu striker AC Milan.

Pato hanya tersenyum-senyum menanggapi fansnya. Tapi lama kelamaan, fans yang meminta fotonya tambah banyak. Mau tak mau ia harus segera menyingkir dari kerumunan massa.

"Sorry guys, I have to go now. See you later in another occasion. Love you all," pamitnya lalu berlari menjauhi para Milanisti.

Namun para Milanisti tidak kenal lelah. Mereka masih mencoba mengerjar sang idola yang sudah berlari jauh meninggalkan mereka. Maka, terjadilah aksi kejar-kejaran massa yang mengejar Pato. Pato memang pelari handal, namun fansnya jauh lebih mengerikan. Dengan ngos-ngosan ia berbelok ke area parkir benteng Vredeburg dan bersembunyi di balik sebuah bus.

"Finally, save.." ujarnya sambil mengatur nafasnya.

Ia memandangi bangunan benteng. Dengan segala rasa ingin tahunya, ia masuk ke dalam benteng. Setelah membayar uang tiket masuk -tentu saja dengan muka tertunduk-, ia mulai berjalan menjeajahi benteng.

"It's save for me to hide. Nobody's here."

Langkahnya menyusuri ruang diorama 1, lalu beranjak ke diorama 2. Lalu beristirahat sebentar di taman. Kemudian ia melanjutkan lagi ke diorama 3 dan diorama 4.

Ruang diorama 4, terakhir. Matanya mengamati setiap diorama yang terpampang rapi di bilik-bilik khusus. Tak jarang ia mengomentari diorama-diorama dan bahkan bermain seakan dia adalah seorang dubber.

Namun matanya tertuju pada sesosok manusia yang juga sedang terlihat asyik mengamati diorama. Terkadang ia tertawa-tertawa sendiri karena sedang berusaha memainkan adegan dalam diorama. Namun terkadang ia tampak serius membaca keterangan dalam diorama.

Pato tertarik mendekati manusia itu, yang ternyata adalah seorang perempuan. Gadis itu membawa tas samping dengan ada ornamen AC Milan di sana. Pato semakin tertarik.

"Hey," panggilnya.

Gadis itu menoleh. Seketika itu wajahnya menunjukkan ekspresi terkejut. Mulutnya menganga, lalu buru-buru ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. 

"You... are..."

"Yes, as you see me." lanjut Pato dengan senyumnya.

"I couldn't believe why such a people like you doing here. Is there no interesting resort here so you choose this awkward place to be visited?" gadis itu masih dalam keterkejutannya.

"Hm.. because there's no safe place to hide than here. Everywhere outside there are unsafe for me. You know.. I'm a footballer.. So many people know me." jelas Pato.

Gadis itu kembali ke ekspresi semula.

"Not all of them, got it?"

Pato tercengang. Gadis itu berubah ekspresi dengan begitu cepat.

"Hey hey, just calm down. I'm trying to make a joke. Don't take it too serious, babe."

Gadis itu terbelalak kaget.

"Show your politeness here, sir! Sorry, I've to go." dengan kesal gadis itu meninggalkan Pato yang termangu. Dengan sigap, Pato memegang tangannya, mencegah supaya gadis itu tidak meninggalkannya.

"I'm sorry, really really sorry. Forgive me.. I don't wanna get a bad view from you in our first meeting. Just let me be your friend."

Gadis itu menghentikan langkahnya, lalu berbalik menghampiri Pato.

***

Sekian part pertama. Part kedua menyusul. 
Cuma fiksi. Jadi jangan dianggap serius.. :)  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suara Hati

"Hai, manis. Apakah kau masih tetap ingin tertidur?" Katamu sambil menggenggam tanganku. Aku masih tak menjawab. Kamu semakin erat menggenggam tanganku. Entah mengapa aku tak ingin membuka mataku. Tak ada niat, atau mungkin lebih tepatnya tak ada daya untuk membukanya. Atau mungkin.. aku menunggumu mengungkapkan sesuatu. Wajahmu terlihat lesu sayu. Mungkin karena kamu memaksakan diri langsung ke tempatku tanpa istirahat terlebih dulu. Hei, kamu juga harus memperhatikan kesehatanmu! Memangnya aku yang harus selalu kamu ingatkan ketika masih harus berkutat dengan komputer di pagi buta? Ingat, badanmu bukan robot, katamu. Aku hanya tersenyum jahil, dan kamu tetap menyuruhku untuk menghentikan aktivitasku. "Kamu mau sampai kapan seperti ini?" Tanyamu. Aku masih bergeming. Tak kuasa ku buka mataku. Kamu mulai membelai lembut kepalaku, mengangkat tanganku kemudian menempelkannya di pipimu. Oh, itulah yang selalu kutunggu darimu ! "Aku tahu kamu selalu jadi yang...

Antara Aku dan Kamu

"Kamu berubah!" panggilku dari jauh. Kamu sudah berjalan membelakangiku, membiarkanku menatap punggungmu yang bidang. Kamu berhenti, kemudian menengok dari asal suara itu. Iya, itu suaraku, yang sekarang sudah bertambah dengan isakan dan air mata yang mungkin tak bisa berhenti. Kamu menghampiriku, kemudian membelai pipiku yang mulai basah dengan air mata. Dengan penuh rasa sayang--aku bisa merasakan itu--kamu menghapus air mataku yang makin pecah ketika kamu di dekatku. "Siapa yang berubah? Aku? Memang sudah saatnya, 'kan?" jelasnya, pelan tapi tajam. Penuh dengan kehati-hatian kamu membelai rambutku. Aku diam saja. "Dengar, aku berubah karena memang sudah saatnya aku berubah. Untuk apa kamu terus mempertanyakan hal itu?" "Tapi kupikir kita masih menjadi kita, bukan antara aku dan kamu lagi," kataku sambil terisak. Kamu tersenyum. "Bukankah sudah kubilang dari jauh-jauh hari. Kita ini bukan kita. Sekarang hanya ada aku, dan kam...

"Aku bahagia memiliki teman-teman seperti kalian.." (2)

H-1 ultah Andri..  Sehabis tes hari kedua, kami berkumpul dan berembug lagi tentang apa yang akan kami lakukan terhadap Andri. Ya, tambah gila lagi pastinya. Kumpul di bu RT sampai siang menghasilkan kesepakatan bahwa aksi perampokan akan dikerjakan malam ini. Masih memikirkan cara-cara yang licik biar Andri mau diajak keluar dan membiarkan kamarnya kosong tak berpenghuni.