Langsung ke konten utama

ILS (6)

Part 6
Pintu kamar kos Dita diketuk. Dita beranjak ke pintu dan membukanya. Ia kaget. Pato sudah berdiri di sana. 

'Hey, where have you been? Yesterday I saw you ran out from the backstage.'

'You saw me, huh? But I didn't see you ran to find me out.' jawab Dita ketus. 

 Pato menyadari keadaan itu. 

'I'm sorry, Dita. I don't really mean to. But you know, my girlfriend came to me and I couldn't leave her.' sesalnya. 

'So now.. lemme ask you. Who am I to you?

'You're my friend. My really close friend. You know, I liked you since our first meet.

Hati Dita seakan tertohok. Teman. Jadi selama ini apa yang dia utarakan ke Dita hanyalah omong kosong. Hanya gombal. Dan bodohnya, Dita menganggap itu lebih. 

'Thanks. I think it was my fault. Sorry.'

'Hey, what are you apologize for? No.. It should be me who have to do that.' timpal Pato. 

'No. No.. Hanya aku yang terlalu berlebihan menanggapimu. Maaf, sepertinya aku ingin sendiri.' pamit Dita tanpa memperdulikan Pato yang memaksa masuk. Ia langsung menutup pintu. 

Pato tahu, hati Dita pasti sakit. Tapi ia juga tidak mungkin melepas Barbara. 

***

Dita kembali menjalani hari-hari seperti biasa. Dia tidak mengetahui kabar tentang Milan, apapun itu. Entah, mungkin mereka sudah kembali ke San Siro dan mulai berlatih lagi. Ia bahkan tak sempat mengantarkan kepergian mereka. Ia masih peduli dengan perasaannya, dengan hatinya. 

Namun sekarang, ada yang mengganjalnya. 

Seseorang yang ada saat dia terpuruk. Orang yang bisa membuatnya lupa akan lukanya. 

Orang yang meskipun sebentar namun menimbulkan kesan istimewa. 

Dan mungkin sekarang ia sudah lupa dengan dirinya. 

Sebuah dering telefon mengagetkan dirinya. Nomor yang tidak dikenal. Bahkan bukan nomer dengan kode Indonesia. Ia mengangkatnya. 

'Halo?' 

'Hey..' suara yang tidak dikenalnya. Namun ia tahu siapa. 

'Maxi! How did you get my number?' sontak Dita girang. 

Maxi tertawa. 'Simple. I searched on Pato's phone secretly and tadaaa! Here I catch you now..'

'Hey, that's cheating..'

'No, ini bukan masalah licik atau gimana. Habisnya aku penasaran.

Dita tersenyum. Sepertinya hidupnya akan berbunga-bunga lagi. 

***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suara Hati

"Hai, manis. Apakah kau masih tetap ingin tertidur?" Katamu sambil menggenggam tanganku. Aku masih tak menjawab. Kamu semakin erat menggenggam tanganku. Entah mengapa aku tak ingin membuka mataku. Tak ada niat, atau mungkin lebih tepatnya tak ada daya untuk membukanya. Atau mungkin.. aku menunggumu mengungkapkan sesuatu. Wajahmu terlihat lesu sayu. Mungkin karena kamu memaksakan diri langsung ke tempatku tanpa istirahat terlebih dulu. Hei, kamu juga harus memperhatikan kesehatanmu! Memangnya aku yang harus selalu kamu ingatkan ketika masih harus berkutat dengan komputer di pagi buta? Ingat, badanmu bukan robot, katamu. Aku hanya tersenyum jahil, dan kamu tetap menyuruhku untuk menghentikan aktivitasku. "Kamu mau sampai kapan seperti ini?" Tanyamu. Aku masih bergeming. Tak kuasa ku buka mataku. Kamu mulai membelai lembut kepalaku, mengangkat tanganku kemudian menempelkannya di pipimu. Oh, itulah yang selalu kutunggu darimu ! "Aku tahu kamu selalu jadi yang...

Antara Aku dan Kamu

"Kamu berubah!" panggilku dari jauh. Kamu sudah berjalan membelakangiku, membiarkanku menatap punggungmu yang bidang. Kamu berhenti, kemudian menengok dari asal suara itu. Iya, itu suaraku, yang sekarang sudah bertambah dengan isakan dan air mata yang mungkin tak bisa berhenti. Kamu menghampiriku, kemudian membelai pipiku yang mulai basah dengan air mata. Dengan penuh rasa sayang--aku bisa merasakan itu--kamu menghapus air mataku yang makin pecah ketika kamu di dekatku. "Siapa yang berubah? Aku? Memang sudah saatnya, 'kan?" jelasnya, pelan tapi tajam. Penuh dengan kehati-hatian kamu membelai rambutku. Aku diam saja. "Dengar, aku berubah karena memang sudah saatnya aku berubah. Untuk apa kamu terus mempertanyakan hal itu?" "Tapi kupikir kita masih menjadi kita, bukan antara aku dan kamu lagi," kataku sambil terisak. Kamu tersenyum. "Bukankah sudah kubilang dari jauh-jauh hari. Kita ini bukan kita. Sekarang hanya ada aku, dan kam...

"Aku bahagia memiliki teman-teman seperti kalian.." (2)

H-1 ultah Andri..  Sehabis tes hari kedua, kami berkumpul dan berembug lagi tentang apa yang akan kami lakukan terhadap Andri. Ya, tambah gila lagi pastinya. Kumpul di bu RT sampai siang menghasilkan kesepakatan bahwa aksi perampokan akan dikerjakan malam ini. Masih memikirkan cara-cara yang licik biar Andri mau diajak keluar dan membiarkan kamarnya kosong tak berpenghuni.