Langsung ke konten utama

ILS (7)

Part 7
Headset terpasang di telinga Dita. Ia mendengarkan musik dari mp3nya, sesekali mendengungkan lagu yang ia dengarkan. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu bergetar dari saku celananya. 

"Hello.." jawabnya manja. 

Terdengar suara tertawa dari seberang. 

"Why are you so exited today?

"Because.. it is you who call me now." Dita tertawa kecil. Maxi ikutan tertawa.

"By the way.. I'll be in Indonesia soon. It will be my last holiday before I go back to do the exercises. Would you accompany me?" ajak Maxi. 

Tanpa berpikir panjang, Dita langsung mengiyakan tawaran Maxi. Maxi bilang, ia akan datang ke Indonesia minggu depan. Dan Dita pasti akan mengosongkan jadwalnya khusus untuk Maxi. 


***

Berita tentang transfer pemain mulai ramai digencarkan media. Tim-tim di Eropa mulai berburu pemain-pemain kelas dunia untuk memperkuat tim mereka. Tak terkecuali Milan yang tengah mengincar beberapa pemain top. 

Hal ini juga yang membuat Dita risau. Beberapa kali Maxi Lopez dikabarkan akan dilepas oleh Milan. Namun Maxi selalu meyakinkan dirinya agar percaya apa yang akan terjadi padanya adalah hal yang terbaik untuk dirinya. 

"I'm afraid I couldn't see your shoot, Max.

"Be calm, Dita. They must have their best decision." ujar Maxi menenangkan Dita. 

Maxi dan Dita menghabiskan liburan mereka di pantai. Namun kegelisahan Dita sepertinya lebih menguasai keadaan daripada suasana asri pantai Sadranan. 

"Tapi..

"Sst.. Udah jangan mikir yang macem-macem. Kalaupun aku pergi, aku gak akan kemana-mana. I'll stay here.." ujar Maxi lembut. 

Dita sedikit lega mendengarnya. 

***

MILAN ENGGAN PERPANJANG MAXI LOPEZ
Dita membaca headline berita di sebuah media online dengan mata berkaca-kaca. "Jadi benar dia akan pergi." batin Dita lirih. Sebuah suara telepon membangunkannya dari lamunan. Maxi called her. 

"Max..

"Sorry, Dit.. Itu kebijakan manajemen. Aku nggak bisa ngapa-ngapain.." jelasnya. 

Dita terisak. Ia buru-buru mematikan telefonnya. Ia tak kuasa untuk mengatakan apapun.


***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suara Hati

"Hai, manis. Apakah kau masih tetap ingin tertidur?" Katamu sambil menggenggam tanganku. Aku masih tak menjawab. Kamu semakin erat menggenggam tanganku. Entah mengapa aku tak ingin membuka mataku. Tak ada niat, atau mungkin lebih tepatnya tak ada daya untuk membukanya. Atau mungkin.. aku menunggumu mengungkapkan sesuatu. Wajahmu terlihat lesu sayu. Mungkin karena kamu memaksakan diri langsung ke tempatku tanpa istirahat terlebih dulu. Hei, kamu juga harus memperhatikan kesehatanmu! Memangnya aku yang harus selalu kamu ingatkan ketika masih harus berkutat dengan komputer di pagi buta? Ingat, badanmu bukan robot, katamu. Aku hanya tersenyum jahil, dan kamu tetap menyuruhku untuk menghentikan aktivitasku. "Kamu mau sampai kapan seperti ini?" Tanyamu. Aku masih bergeming. Tak kuasa ku buka mataku. Kamu mulai membelai lembut kepalaku, mengangkat tanganku kemudian menempelkannya di pipimu. Oh, itulah yang selalu kutunggu darimu ! "Aku tahu kamu selalu jadi yang...

Antara Aku dan Kamu

"Kamu berubah!" panggilku dari jauh. Kamu sudah berjalan membelakangiku, membiarkanku menatap punggungmu yang bidang. Kamu berhenti, kemudian menengok dari asal suara itu. Iya, itu suaraku, yang sekarang sudah bertambah dengan isakan dan air mata yang mungkin tak bisa berhenti. Kamu menghampiriku, kemudian membelai pipiku yang mulai basah dengan air mata. Dengan penuh rasa sayang--aku bisa merasakan itu--kamu menghapus air mataku yang makin pecah ketika kamu di dekatku. "Siapa yang berubah? Aku? Memang sudah saatnya, 'kan?" jelasnya, pelan tapi tajam. Penuh dengan kehati-hatian kamu membelai rambutku. Aku diam saja. "Dengar, aku berubah karena memang sudah saatnya aku berubah. Untuk apa kamu terus mempertanyakan hal itu?" "Tapi kupikir kita masih menjadi kita, bukan antara aku dan kamu lagi," kataku sambil terisak. Kamu tersenyum. "Bukankah sudah kubilang dari jauh-jauh hari. Kita ini bukan kita. Sekarang hanya ada aku, dan kam...

"Aku bahagia memiliki teman-teman seperti kalian.." (2)

H-1 ultah Andri..  Sehabis tes hari kedua, kami berkumpul dan berembug lagi tentang apa yang akan kami lakukan terhadap Andri. Ya, tambah gila lagi pastinya. Kumpul di bu RT sampai siang menghasilkan kesepakatan bahwa aksi perampokan akan dikerjakan malam ini. Masih memikirkan cara-cara yang licik biar Andri mau diajak keluar dan membiarkan kamarnya kosong tak berpenghuni.